Adakah yang pernah menonton film Jepang berjudul If Cats disappeared From the World?
Film yang cukup populer di tahun 2016 karena dibintangi Takeru Satoh ini diangkat dari buku berjudul Sekai Kara Neko ga Kieta Nara yang terbit tahun 2012.
Beruntunglah kita karena sudah ada versi terjemahan Bahasa Indonesia dengan penerjemah Ibu Ribeka Ota. Yay!
NOVELA ini tentang lelaki Tukang pos, 30 tahun. Hidup bersama kucing yang dinamai Kubis. Empat tahun tidak pernah bertemu ayahnya lagi sejak ibunya meninggal.
TUJUH HARI LALU, dia memaksa diri bertemu dokter setelah flu yang tak kunjung membaik, dan ternyata ia mengidap Tumor Otak. Stadium IV. Dalam kondisi shock dia lari dari RS dan pulang ke apartemennya. Ternyata ia sudah ditunggu iblis yang mengabarkan bahwa ia akanmeninggal besok. Gimana kira-kira rasanya? Kaget? Gak terima?
Iblis yang berwujud sama dengan tokoh, namun memiliki karakter yang bertolak belakang, datang untuk penawaran menyambung nyawa.
“Untuk memperoleh sesuatu, harus kehilangan sesuatu” (page 18)
Bagian Hari Senin: Iblis Muncul,
membuat senyum-senyum. Bayangkan iblis berwujud kita, tapi dengan penampilan mencolok; kemeja Aloha berwarna kuning dengan gambar pohon kelapa, mobil amerika dll, celana pendek dan kacamata hitam di kepala. Belum lagi dialog kocak yang bikin terpingkal-pingkal.
Bagian Hari Selasa sampai Jum’at
Membacanya membuat kita merenung tentang arti hal-hal yg ada di dunia, seperti coklat, telpon, film, jam dan pada akhirnya mengingatkan tentang bagaimana kesiapan kita menuju kematian.
“Selama tiga puluh tahun hidupku ini, pernahkah aku melakukan sesuatu yang benar-benar penting?” (Page 160)
Kelebihan Buku
Buku ini aku selesaikan dalam 2 hari. Bahasanya ringan, luwes, tidak terasa seperti terjemahan. Kalo dari segi terjemahan aku lebih suka Jika Kucing Lenyap dari Dunia daripada The Traveling Cat Chronicles.
Aku belum selesai baca TTCC karena banyak narasi dan babnya panjang-panjang.
Tokoh aku di sini gak disebutkan namanya. Membaca buku ini seperti menemukan diary dari orang tak dikenal yang isinya tentang 7 hari ajaib.
Buku ini melibatkan emosi pembaca, dari awalnya lucu, menegangkan, hingga tanpa sadar menjadi sesak karena banyak menangis.
Kekurangan Buku
Jujur saja membaca Bagian Senin-Rabu aku merasa tertipu dengan judulnya. Kukira akan banyak membahas tentang kucing. Tapi ketika sampai di hari Kamis, tokoh Kubis banyak terlibat karena Iblis membuat keajaiban kucing bisa bicara.
“…bahwa sebenarnya bukan manusia yang memelihara kucing, melainkan kucinglah yang rela mendampingi manusia.” (Page 192)
Jadi, apakah kamu mau tetap hidup jika kucing lenyap dari dunia?
“Karena pada akhirnya, satu-satunya yang bisa kita lakukan untuk diri sendiri hanyalah berdamai dengan apa yang terjadi dan melanjutkan hidup.” (Page 217-218) #quotes
Konnichiwa, Minna-san!
Read this book is one of my best reading experiences.
Menggunakan pov 1 Harper Simmons, membuatku sesak dan berhenti di sepertiga pertama. Pengalaman Harper sungguh real dan masih banyak terjadi di Indonesia, di mana korban menjadi pihak yang disalahkan dan pelaku tidak mendapat hukuman yang setimpal. Ingin ku berkata KASAR.
Sebelum kejadian nahas itu, Harper hidup bahagia dengan kembarannya, Avery; Dad, dokter single father; Rachel sahabatnya; dan pacarnya, Adam.
Menggunakan alur maju-flashback, aku dibuat menerka-nerka apa yang terjadi. Apa alasan Scott Gideon. Bagaimana Harper menghadapi gosip yang menyebar di kota kecil Sonoma Country, Bodega Bay; teman-teman dan guru di Tomales High School serta menjalani terapi bersama Dokter Lewis.
Beruntunglah Harper suatu hari bertemu Jordan O’Malley dan memutuskan bekerja paruh waktu di O’Malley’s, sebuah tempat penampungan hewan liar, sebagai pengganti kegiatan ekskulnya.
Karena settingnya di Amerika, dan writting style kak Winna Efendi seperti karya sebelumnya, membaca #scarsandotherbeautifulthings seperti membaca buku terjemahan.
Menurutku buku ini lebih cocok diberi label New Adult, karena walaupun tokohnya berumur 17-18 tahun, bahasannya lebih berat dari Young Adult, tapi untuk masuk Metropop kurang “meriah”. I mean biasanya Metropop identik dengan kisah dunia kerja di kota besar dengan tokohnya ceplas ceplos kalo ngomong sarkas tapi bener. (?)
But still, this one must read book for all girls dan women in the world to feel how you really priceless to be alive.
Sometimes losing yourself is the best way to find out what you’re really made of. -Becci Kate- [page 289]
Ps: aku bikin playlist dari lagu-lagu yang muncul di novel ini di Spotify dengan judul sama.
Long time no post. Selama Ramadan aku rehat karena sakit dan masa pemulihan. Jadi speed baca menurun drastis dan lebih banyak baca komik. Bulan Juni ini aku memulai program baru, #bookstagramsaturdate di akun instagram berkolaborasi dengan beberapa bookstagrammer lain sehingga lebih interaktif.
Episode perdana #bookstagramsaturdate sudah tayang Sabtu, 13 Juni 2020 mengundang @dianmatsu
Dian adalah seorang guru bahasa Jepang yang suka mengkoleksi funko. Sejauh ini ada 13 Funko yang berhasil dikumpulkan Dian. Tips koleksi funko ala Dian yaitu:
Cari tokoh yang benar-benar disuka
Cek harga di market place terpercaya
Nabung sampai celengan cukup
Rajin-rajin cek info diskon
Pastikan asli, bisa chat seller dulu supaya yakin kondisi masih bagus (terutama produk preloved/second)
“Konsumerisme membawa kita pada sebuah zaman berlebihan, kondisi yang saya sebut, ‘obsesistuff’. Banyak dari kita memiliki barang yang sebetulnya tidak kita butuhkan dan kita tidak tahu bagaimana menangani, bahkan menyadari kondisi itu. Saya ingin buku ini dibaca sebanyak mungkin orang. Bukan sekedar bicara tentang membuang atau menata barang, buku ini bahkan bisa mengubah hidup Anda.”
Dee lestari, penulis
Konnichiwa, Minna-san~
Welcome to Wonderland!
Kali ini aku akan membagi pengalaman membaca salah satu buku yang mengubah mindsetku di tahun 2017. Sudah cukup lama sih, tapi tidak ada salahnya aku bahas karena masih relevan sampai sekarang.
Judul Buku: The Life-changing Magic of Tidying Up; Seni Beres-Beres dan Metode Merapikan ala Jepang
Aku besar di keluarga yang bisa dibilang mengutamakan kerapian. Ibuku akan mengomel panjang jika gunting berpindah tempat dari yang seharusnya. Bisa dibilang aku dan adikku terbiasa dengan rutinitas beres-beres setiap hari, dan yang paling melelahkan jika akan ada tamu yang menginap serta akan mendekati lebaran.
Suatu hari aku mendengar tentang hidup minimalis dan konsep tiny house dalam percakapan ringan dengan teman-temanku ketika gathering Idul Adha 2017. Jujur saja waktu itu aku belum paham dan kemudian menemukan buku ini di Toko Buku Togamas. Waktu itu buku ini cukup ngehits, tapi aku belum terlalu tertarik.
Aku baru mencari buku ini ketika sedang patah hati lelah dengan semua ini. Halah. Mumpung mau akhir tahun kan, apa salahnya membaca buku referensi di luar genre yang biasa kubaca? Siapa tau bisa membantu membuat life plan. Bisa dibilang buku ini menjadi titik balik setelah merantau 10 tahun di Yogyakarta.
Buku ini tipis. Tapi cukup membuatku gerah. Semacam sensasi minum antibiotik, awalnya pahit, bikin mual dan pusing, tapi harus dihabiskan supaya sembuhnya tuntas. Waktu itu aku menyelesaikan buku ini dalam 2 minggu dan butuh mencerna sampai akhirnya memutuskan untuk praktik.
Marie Kondo menjadi konsultan berbenah di Jepang setelah bertahun-tahun tertarik dengan interior. Bisa dibayangkan anak umur 5 tahun sudah memiliki ketertarikan terhadap urusan menata rumah? Konmari menceritakan pengalamannya pada bagian 1.
Bagian 1 Kenapa Kita Tidak Bisa Menjaga Kerapian Rumah?
Banyak anggapan bahwa rumah yang rapi hanya bisa dimiliki oleh orang tertentu, yang memiliki bakat rapi. Sementara yang sibuk dan sudah dari sananya berantakan tidak mungkin bisa.
Kita tidak bisa mengubah kebiasaan jika cara pikir kita belum berubah.
Marie kondo, page 7
Di bagian 1 ini lebih banyak membahas tentang mengubah mindset, bahwa sebenarnya berantakan dan rapi tergantung motivasi kita. Pada saat membaca buku ini, aku memang berniat memulai hidup baru dengan meninggalkan kebiasaan lama yaitu menimbun barang. Mungkin bagi yang belum punya niat, ketika membaca buku ini akan banyak penyangkalan. Tidak masalah. Tidak perlu memaksakan diri setuju dengan Konmari.
bagian 2 membuang sampai tuntas terlebih dahulu
Ketika membaca bagian ini aku kaget. Selama ini kata “buang” identik dengan hal yang tidak kita perlukan; sampah, makanan sisa, barang rusak, dll. Namun, di sini, Konmari mengajak kita untuk menelaah satu persatu barang yang kita punya dan memikirkan kembali, mau dibuang atau disimpan.
Sebelum memulai, visualisasikan tujuan Anda.
Ya, kita harus bisa membayangkan:
Mau seperti apa ruangan/rumah yang ingin dicapai?
Mau gaya hidup seperti apa yang kita jalani kedepannya?
dst.
Prinsipnya mudah, jika ingin bahagia, simpanlah barang yang membawa kebahagiaan (spark joy). Menurutku prinsip ini mudah di jalankan, tapi memang butuh proses cukup lama untuk bisa mencapai target yang diharapkan. Mungkin prinsip hidup minimalis akan sulit dicapai jika menggunakan prinsip Spark Joy. Tapi, untuk pemula, aku yakin metode Konmari ini relatif mudah diterima, karena perubahannya tidak drastis dan mendadak, tapi bertahap mengubah mindset.
bagian 3 berbenah berdasarkan kategorinya ajaibnya bukan main
Aku ingat dulu membereskan barang di rumah sesuai lokasi. Pantas saja tidak selesai-selesai. Metode Konmari mengajak kita membereskan barang sesuai kategori dengan urutan:
Pakaian
Buku
Kertas
Komono (Pernak-pernik)
Kenang-kenangan
Bagiku yang tidak terlalu mengikuti fashion, memilah pakaian tentu saja mudah. Tinggal pilih mana yang masih mau dipakai dan mana yang mau dibuang (disumbangkan). Dalam Prinsip Konmari tidak ada patokan jumlah baju yang idealnya kita simpan. Jika ingin metode yang lebih detail tentang ini bisa coba baca buku Seni Hidup Minimalis yang ditulis oleh Francine Jay.
Paling berat ketika membaca poin 2 tentang buku. Haha. Tidak mudah melepas buku yang sudah dikumpulkan selama bertahun-tahun. Tapi aku mencoba mengikuti saran Konmari, menurunkan SEMUA BUKU dari rak. Waktu itu bukuku ada 7 rak kayu kecil ukuran 50 cm x 150 cm, total di register ada sekitar 925 buku, tapi sejak April 2017 aku sudah mulai jualin buku sih, jadi paling tinggal 700 sekian.
Memilah buku berdasarkan empat kategori luas:
Umum (buku yang Anda Baca untuk hiburan)
Praktis (referensi, buku masakan, dll)
Visual (koleksi foto, dll)
Majalah
Kriterianya adalah apakah buku tersebut mendatangkan kegembiraan atau tidak ketika disentuh.
Coba cek rak buku masing-masing. Tiap kita pasti punya:
Buku Tak Terbaca, baik yang sudah dibaca tapi tidak pernah dibaca ulang, atau timbunan candi TBR yang entah kapan mau dibaca karena kesibukan.
Buku Favorit, yang kadang-kadang dibaca ulang, atau memang suka karena berbagai alasan.
Kali pertama menjumpai sebuah buku adalah saat yang paling tepat untuk membacanya.
marie kondo, Page 87
Sekali lagi, gak harus nurut kata Konmari ya, karena barang Spark Joy tiap orang beda-beda. Kalo mau nimbun buku 2000 juga boleh koq.
Kertas
Ini salah satu “sampah” terbanyak yang bisa kita temukan di rumah. Bahan Seminar, tagihan (kartu kredit), garansi alat elektronik, kartu ucapan, buku cek bekas, slip gaji, dll. Hayo buat apa dikumpulin?
Pernak-pernik
ada lagi urutannya
CD, DVD
Produk Perawatan Kulit
Rias Wajah
Aksesori
Barang Berharga (paspor, kartu kredit, dll)
Alat Elektronik yang kecil (kamera digital, kabel listrik, dll)
Peralatan rumah tangga (alat tulis, alat jahit, dll)
Peralatan rumah tangga (barang sekali pakai, obat, detergen, tissue, dll)
Alat dapur atau alat makan
Lain-lain (uang receh, barang pajangan, dll)
Punya banyak hobi akan membuat tumpukan komono makin beragam. Silahkan kumpulkan menjadi subkategori terpisah.
Terlalu banyak orang yang hidupnya dikelilingi barang-barang tak perlu hanya karena mereka “pengin aja”
marie kondo, page 99
bagian 4 mencerahkan hidup dengan menyimpan secara apik
Sebelum menata barang, tolong poin 1-3 sudah beres dulu. Buang dulu sampai tuntas, sebelum menyimpan sisanya. Sebagian besar dari kita ketika rak buku penuh adalah membeli rak buku baru. Aku sudah berhenti sejak 2017 dan sekarang cuma punya 2 rak buku.
Tips menata barang:
Tempat tersendiri untuk tiap barang
Simpan barang dengan tatatan sesederhana mungkin
Jangan menyimpan di tempat yang tersebar-sebar
Mudah menyimpan bukan mudah mengambil
Simpan secara vertikal, jangan ditumpuk
Tidak perlu membeli barang khusus untuk menyimpan
Simpan tas di dalam tas lain
Kosongkan tas setiap hari
Barang yang bertebaran di lantai semestinya disimpan di lemari
Jangan menaruh barang di bak mandi dan bak cuci dapur
Jadikan tingkat teratas rak buku sebagai altar pribadi Anda
Hiasi lemari dengan barang kesukaan rahasia
Segera keluarkan pakaian baru dari kemasan dan cabut labelnya
Jangan remehkan riuhnya informasi tertulis
Apresiasi barang-barang Anda untuk memperoleh kinerja andal.
bagian 5 keajaiban berbenah mengubah hidup anda secara dramatis
Mengikhlaskan justru lebih penting daripada menambah
page 169
Sebagai penutup, bagian ini berisi kontemplasi. Bahwa sebenarnya dari kegiatan beres-beres secara menyeluruh, kita memberi ruang untuk berdialog dengan diri sendiri, berinteraksi dengan barang-barang yang kita punya, memilah yang mana yang penting dan mana yang sudah tidak kita perlukan lagi, dll. Minat tiap hari berubah. Hari ini aku suka buku klasik, minggu depan mungkin aku suka fantasi, ya manusia memang sedinamis itu kan?
Buku ini menurutku berkesan, karena mengubah mindset tentang menyimpan barang. Memang buku ini belum 100% membuatku puas, karena beberapa hal belum bisa kuterapkan, terutama poin Komono. Pada kenyataannya setelah membaca buku ini aku menjadi tertarik dengan buku self improvement sejenis, Seni Hidup Minimalis dan Seni Membuat Hidup Jadi Lebih Ringan (Francine Jay), Goodbye, Things (Fumio Sasaki) dan terakhir aku membaca Clear the Clutter, Find Happiness (Donna Smallin Kuper)
Terjemahan buku ini juga lumayan enak dibaca. Tapi aku agak bosan dengan layoutnya yang monoton. Hanya deskripsi dan tanpa ilustrasi.
Aku merekomendasikan buku ini untuk dibaca siapapun. Walaupun banyak yang awalnya tidak cocok dengan metode Konmari, tapi tetap ada juga yang sukses menerapkannya. Menurutku tidak ada salahnya dibaca untuk menambah referensi. Diterapkan atau tidak itu pilihan, kan?
Aku ingat pertama kenal diary waktu SMP. Seru banget nulis pengalaman seharian di sekolah. Tapi kebiasaan menulis diary berhenti ketika SMA. Aku baru memulai lagi tahun 2018.
Apa saja sih yang perlu dilakukan untuk memulai hobi journaling?
1. Tentukan tujuan jurnal kamu
Kenangan apa yang ingin kamu simpan dalam jurnal?
Tiap orang punya hal menarik yang ingin disimpan untuk masa depan. Misalnya, kegiatan harian, perkembangam anak, pengalaman bepergian (traveling), wisata kuliner, dll.
Travel Journal
Aku memiliki reading journal untuk mencatat aktivitas baca dan mail tracker biar keliatan paket datang berapa kali tiap bulan. Hehe.
Buatlah jurnal yang sesuai minat dan kebutuhan kamu supaya semangat ngisinya. 😁
2. Mulai dengan perlengkapan yang ada
Kebanyakan pemula yang ingin memulai udah minder duluan karena gak punya bolpen dan spidol warna-warni. Belum lagi washitape dan stiker. Wah.
Aku memulai journaling tahun 2018 dan menggunakan notebook A5 tipis. Menurutku journaling itu bukan tentang dekoratifnya, tapi tentang fungsinya. Cantik itu bonus. Yang penting kita senang ketika mengisinya
3. Buat tampilan yang memudahkan untuk diisi
Sekarang kamu buka buku tulis dan ambil bolpen/pensil terdekat. Coba bayangkan tampilan isi jurnal mau seperti apa? Dominan tulisan atau angka?
Misalnya ingin menghitung udah berapa buku yang dibaca, ada 2 macam tampilan:
Menulis Judul, Penulis, Tanggal selesai baca
Menghitung jumlah saja
Reading Goal Spread
Dengan tampilan seperti ini, aku tinggal mewarnai kotak angka dengan spidol kuning selesai membaca buku fiksi, dan spidol hijau selesai membaca buku nonfiksi.
4. Sediakan waktu khusus untuk mengisinya
Sering kali semangat ketika membuat tampilan, tapi malas mengisinya. Haha. Coba sediakan waktu sebelum tidur atau ketika bangun tidur untuk mengisinya.
Kalian bisa koq mengisi tiap minggu atau tiap awal bulan saja. Jangan memaksakan diri mengisi tiap hari jika memang tidak sempat.
5. Ikut komunitas supaya tetap semangat
Seperti halnya hobi yang lain, mengikuti komunitas akan membuat kita semangat menjalaninya. Coba follow akun @planneraddictindonesia dan akun #planneraddict lainnya. Ada banyak tampilan yang bisa kamu tiru lho. Coba kenalan juga siapa tau bisa jadi partnerswap mail (tukar paket) perintilan journal.