Indonesia itu kaya, beda daerah beda khasnya. Bahasa, kebiasaan, tradisi, makanan, bentuk rumah, pakaian adat, musik, lagu, kekayaan alam dan lain-lain punya keunikan masing-masing. Ahad kemarin (03/3), aku berkesempatan melihat salah satu kekayaan Indonesia dalam Adi Wastra Indonesia 2013; Pameran Kain Tradisional Unggulan Nusantara. Acara yang digelar di Balai Sidang Hall A dan B ini berlangsung selama lima hari sejak 27 Februari 2013.
Untuk menikmati pameran ini, pengunjung harus membeli tiket masuk senilai sepuluh ribu rupiah. Hal ini tidak berlaku bagi para balita dan lansia di atas 65 tahun.
Pertama masuk, kami langsung bertemu teman Mama Rika. Tepat ketika mereka berada di stand Sasirangan Kalimantan. Setelah bertegur sapa sekilas, kami berkeliling mencari pesanan Kakak, Batik Lurik Tugu Mas.
Ada ratusan stand yang menjadi peserta pameran ini dari berbagai penjuru Indonesia. Tak hanya kain, accessories, jewelry, dan handmade dengan berbagai bentuk juga tersedia. Sebut saja bros, gelang, kalung, sepatu, dompet, tempat HP dan lain-lain yang terbuat dari mutiara, kerang, atau kain.
Setelah puas memilih pesanan Kakak, kami melanjutkan perjalanan dan berhenti di stand Batik Sukabumi. Beberapa stand batik pun kami teliti. Yah, batik tidak hanya ada di Solo-Jogja, tapi dari sebagian besar daerah di Jawa, misalnya Semarang, Pekalongan, yang membedakan batik tersebut adalah motifnya. Hmm, lebih jelasnya tanya sama orang jawa aja kali ya? Aku yang lahir dan besar di Baturaja ini lebih sering melihat Songket dan Jumputan daripada batik.
Eza yang kukabari bahwa aku sedang di pameran kain, ikutan pesan kain. Yang lucu dan murah, beda dari yang lain dan nggak ada di Solo-Jogja. Nah, lho. Aku langsung mikir bahwa dia mengincar kain tenun dari daerah Indonesia Timur. Secara, satu bulan PKL di Balikpapan, Eza sudah mengoleksi kain sarung Sasirangan.
Di stand Kain tenun khas NTT yang kami kunjungi, kata mbaknya kainnya 500 ribu. Wow, duit makan gue sebulan tuh. Pindah ke stand lain, Sumba Timur. Kata masnya tu kain tenun ikat 2 juta 500 rebu bo!
Waduh, mahal beud. Mending beli hape, Mbak. Balas Eza ketika laporanku ia terima.
Masih banyak stand yang belum kami kunjungi. Karena sudah ashar, aku dan Rika memutuskan untuk pulang duluan, sementara Mama Rika bergabung dengan rombongan ibu-ibu tetangga.
Ini cuma sampel lho ya, mewakili dari berbagai pulau. Kalo pembaca mau share kain khas daerahnya boleh lho.. 😀
Meruya, 4 Maret 2013, 22:21
catur punya sasirangan dan kain bali juga… kain tenun timor juga ada, bentuknya sarung n nyaman untuk selimut. pengen punya songket tapi mahal… nunggu besok kaya dulu
gw punya kain batik, tenun Bali, Tenun Flores, Songket Sumatra, Sasirangan kalsel, sama batik Samarinda 🙂